Negeri Demokrasi paling Demokratis ?

Eksperimentasi Indonesia dalam pemilu sebenarnya cukup menarik untuk dicermati. Jika dilihat sejarahnya, keputusan untuk memilih presiden secara langsung sebenarnya tidak ada acuan khusus yang menjadi role model. Kalau kita melihat Amerika, maka pemilihan presiden secara langsung yang murni dan kokoh memang baru dilakukan oleh Indonesia. Di Amerika yang dianggap sebagai “penemu” demokrasi modern, rakyat masih memilih perwakilan yang nantinya perwakilan tersebut akan memilih presiden, sehingga terbuka lebar peluang dagang sapi di antara electroler. Lebih masuk akal gagasan untuk pemilihan presiden secara langsung ini sebenarnya berasal dari budaya masyarakat Indonesia sendiri yakni pemilihan kepala desa secara langsung. Tidak ada simbol partai, langsung tokoh bersangkutan yang dipilih oleh rakyat.

Lompatan sistem demokrasi ini memang masih harus ditunggu apakah nantinya akan stabil atau malah mengundang masalah. Mengingat meski Presiden dan Wakil Presiden telah dipilih langsung, namun pemilihan anggota DPR belum disetel sama atau masih tidak sinkron. Bisa menjadi hal yang menarik ke depannya jika seorang presiden yang terpilih dari sebuah pemilihan putaran kedua mungkin akan memperoleh 51% lebih dari suara rakyat, sementara partai-partai hanya menempuh satu kali putaran saja dalam proses pemilu. Jika melihat sejarah, partai paling besar hanya akan mampu mengumpulkan 30% lebih suara.

Akan lebih menarik jika sebuah keputusan Presiden ditentang oleh partai terbesar DPR, presiden bisa mengatakan bahwa ia didukung 51% lebih suara sedangkan partai terbesar tersebut hanya 30% lebih suara. Secara matematika sederhana, partai tersebut tidak pada tempatnya menentang, karena ia kalah dukungan.

Untuk contoh presidential Susilo Bambang Yudhoyono, strategi mengambil dukungan Golkar dengan cara politik “undur-undur”, mungkin saja tidak terjadi di pemilu berikutnya. Hal ini akan menjadi pertarungan kekuatan yang menarik. Seorang Presiden vs Sebuah Partai, pada akhirnya akan dimenangkan oleh Presiden. Mengapa ? Karena sistem Pemilu DPR belum semaju sistem Pemilu Presiden. Secara politis, partai terbesar yang menentang Presiden atau beroposisi akan melakukan “bunuh diri” politik karena menentang 51% lebih dukungan rakyat.

Bagaimana pendapat anda ?

(Politik undur-undur : biasanya seorang tokoh menjadi pejabat politik karena menumpang gerbong partai politik tertentu. Dalam kasus Golkar-Yusuf Kalla, yang terjadi kebalikannya, Yusuf Kalla jadi Wapress dahulu baru jad ketua partai).


  1. 1 Re-Thinking Partai Politik Indonesia « Politik [tidak] harus umum

    […] akhir adalah keberhasilan partai-partai politik bersama rakyat dan pemerintah menjalankan pemilu “Re-Invention” pertama di dunia), namun dalam banyak kasus terakhir, partai politik tidak mampu mengendalikan […]




Tinggalkan komentar